Krisis atau kolonialisasi metodologi telah menjadi fenomena dalam perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk dalam ilmu ekonomi. Bentuknya sederhana, tetapi seragam; mengadopsi atau tergila-gila pada positivisme ataupun paradigma lain yang keluar dari Barat. Tanpa disadari kini fenomena itu terus diperlihatkan oleh ilmuwan, bahkan ekonom Muslim—mereka yang sedang memperkenalkan ekonomi Islam pun telah menjadi bagian dari krisis itu. Idealnya ilmu pengetahuan tidak begitu saja didorong ataupun diseret pada paradigma tertentu apalagi terlalu prematur dengan mencocok-cocokannya dengan paradigma yang tumbuh di Barat melainkan harusnya dilihat dan dipahami dalam locus-nya yang paling regional, dan lokalitas. Dalam konteks ini, Muhammad Sholihin lewat bukunya Pengantar Metodologi Ekonomi Islam telah mencoba membongkar lalu menampilkan sesuatu yang agaknya tidak pernah dibayangkan oleh pengiat ekonomi Islam; ternyata ekonomi Islam memiliki sisi yang lebih kompleks ketimbang ekonomi konvensional. Ekonomi Islam mungkin saja melahirkan teori dari tiga sumber ilmu pengetahuan; Islam, empiris, dan budaya. Dan kini harus ada gerakan metodologi “Mengindonesiakan Ilmu Ekonomi”, sesuatu yang lebih besar ketimbang ide “Mengislamkan ilmu ekonomi.”
Ketiga sumber itu pula yang menjadikan ekonomi Islam sebagai disiplin yang heterodoks—plural, dan memiliki peluang yang begitu besar untuk didekati dari berbagai pendekatan. Ekonomi Islam melihat fenomena bukan seperti ilmu fisika, atau kimia melihat objek. Objek dalam ekonomi Islam begitu kompleks, penuh dengan berbagai jejaring. Karena itu, ekonomi Islam menggunakan berbagai metodologi untuk memahami objeknya. Ada karakter empirisme dan normativisme yang melekat dalam ekonomi Islam. Karena itu ekonomi Islam tidak melulu harus menggunakan pendekatan kuantifikasi abstrak, layaknya yang digunakan oleh ekonomi positivisme. Ekonomi Islam bisa menggunakan pendekatan non-mainstream. Dan Muhammad Sholihin telah memaparkan sejarah, nalar, dan mekanisme bagaimana berbagai metodologi digunakan oleh ketiga mashab besar ekonomi Islam—mashab mainstream, mashab alternatif, dan mashab Baqir as-Sadr. Dengan fakta ini kemudian, Muhammad Sholihin berhasil membangun tesis bahwa ekonomi Islam adalah disiplin heterodoks dan memiliki sisi pluralitas metodologis. Itu kemudian yang membuat buku Pengantar Metodologi Ekonomi Islam ini menjadi buku yang wajib dibaca khususnya oleh pengiat ekonomi Islam agar tidak terjatuh secara naif pada sikap mendewa-dewakan satu paradigma dalam membangun teori ekonomi Islam.
Reviews
There are no reviews yet.