Beberapa esai di dalam buku ini dahulu ditulis sebagai respons atas isu yang lagi hangat pada masanya, sehingga jelas ‘aktualitas’-nya sudah lewat. Akan tetapi, “ethical concern” yang terkandung di dalam esai-esai itu tetap relevan kita baca kembali karena toh pokok perkaranya belum selesai hingga kini.
Buku ini mendorong agar kita sebagai bangsa senantiasa meninjau kembali posisi kita dalam memandang masa lalu. Gagasannya adalah bahwa sejarah sebagai narasi masa lalu itu bukan hanya penting, tetapi perlu untuk senantiasa kita periksa kembali tak lain agar—meminjam ‘tagline’ sebuah majalah sejarah popular—”masa lampau selalu aktual”.
Memang tidak semua esai di dalam buku ini berbicara tentang sejarah- sebagai-narasi masa lalu. Ada esai yang membahas tanda baca, dan ada pula yang membicarakan persoalan hubungan penanda-petanda. Akan tetapi semuanya itu punya kaitan dengan perkara bagaimana masa lalu dinarasikan dan dinarasikan-ulang. Lagi-lagi, pokok perkara kenapa masa lalu meski dinarasikan-ulang tak lain supaya sejarah mampu membebaskan diri dari jerat-jerat kuasa politis yang hanya akan membelenggu dan membekukan perspektifnya. Sejarah mesti senantiasa ditempatkan sebagai bagian dari humaniora, di mana “human concern”-lah yang mestinya menjadi titik tolak sekaligus nilai yang hendak dikejar. Oleh karena itulah judul esai pertama di dalam buku ini diangkat sebagai judul buku ini.
Reviews
There are no reviews yet.