Adat-isitiadat dan nilai-nilai luhur yang diemban oleh Tau Samawa sudah banyak tercecer, terhempas, dan melayang bersama deru globalisasi. Namun setelah era reformasi di republik tercinta ini bergulir, daerah-daerah menggeliat mencari jati dirinya kembali. Kebijakan Otonomi Daerah adalah peluangyang sekaligus menjadi tantangan bagi daerah (baca: etnis) untuk membangun sesuai dengan potensinya masing-masing.
Kalaupun judul buku ini menyiratkan kekunoan, tetapi bukanlah bermaksud mengajak pembaca kembali kepada masa lampau dan feodalisme. Ada makna dan nilai-nilai yang akan selalu relevan dapat diaplikasikan, dan bahkan sejatinya menjadi rambu-rambu bagi setiap warga yang mengaku Tau Samawa. “Kullukum raa-in wakullukum mas’uulun arraiyyatih,” bahwa setiap kamu itu adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.
Dalam budaya etnis manapun, posisi dan peranan pemimpin sangat menentukan kelangsungan hidup suatu masyarakat. Demikian pula peranan yang dipimpin (rakyat) juga sangat menentukan. Beruntungnya Tau Samawa karena adat istiadatnya sangat kental nuansa budaya masyarakat aslinya, sejalan dengan agama anutan: “Adat bersendikan syarak, syarak bersendikan kitabullah”. Artinya segenap tingkah laku individu harus sesuai dengan adat istiadat, dan seluruhnya mengacu kepada tuntunan Alquran dan Hadist. Orang yang meleset dan keluar dari tuntunan adat istiadat disebut sebagai “Tau No to’ basa”, yaitu orang yang tidak tahu aturan sama sekali.
Reviews
There are no reviews yet.