Perlawanan panjang terhadap Belanda di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah antara tahun 1859-1906 telah menampilkan dua sosok keluarga besar aristokrat Banjar, bubuhan Panembahan Antasari, dan elit Dayak-Muslim, bubuhan Temenggung Surapati. Sejarah perlawanan ini hampir didominasi oleh dua tokoh ini yang kemudian diwariskan dan dilanjutkan oleh anak-cucu mereka.
Akar-akar perlawanan mereka cukup kompleks. Perlawanan ini disebabkan secara internal karena jeratan situasi kusut dalam masalah-masalah sosial, politik, dinasti, serta etnis di bekas Kesultanan Banjarmasin, dan secara eksternal karena ekspansi kolonialisme Belanda. Ini merupakan suatu tabrakan kepentingan, di satu pihak antara elit-elit Banjar dan Dayak yang ingin mengembalikan dan melestarikan tradisi lama dalam bentuk kesultanan, dan di lain pihak Belanda yang memaksakan perubahan politik di bekas kerajaan Banjarmasin dan menempatkannya di bawah langsung kekuasaan mereka.
Perang yang berlarut-larut terhadap imperialisme Belanda ini dapat dilihat dalam tali-temali sosial, politik, etnis dan dinasti yang menjadi tumpuan bergayut sejarah lokal dari kawasan Kalimantan ini.
Pegustian & Temenggung: Akar Sosial, Politik, Etnis, dan Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859-1906
Rp150,000.00
Reviews
There are no reviews yet.