Satu Kota Empat Zaman: Donggala Pada Masa Tradisional Hingga Terbentuknya Kabupaten

Rp100,000.00

About The Author

Lukman Nadjamuddin dkk

Donggala yang menjadi fokus kajian dalam buku ini adalah sebuah kota dengan masyarakat yang heterogen, sejak lama telah berinteraksi dengan dunia luar, dan merupakan salah satu lahan garapan sejarah lokal yang belum banyak disentuh oleh sejarawan. Muklis Paeni2 menyatakan bahwa sejarah lokal berhubungan dengan kisah dari hal ikhwal masa lampau masyarakat yang berada pada suatu ruang lingkup geografis yang terbatas. Keterbatasan ruang lingkup geografis ini, tidak berarti bahwa logika yang ditampilkan dalam pengungkapan realitas lokal akan meniadakan pengaruh luar yang merubah keadaan lokal tidak mendapat perhatian. Keseluruhan masalah itu tidak terlepas dari jangkauan penulisan sejarah lokal, karena sasaran penulisan sejarah lokal adalah asal-usul, pertumbuhan, kemunduran, dan kejatuhan dari kelompok masyarakat lokal.
Buku ini berusaha mengungkap dan merekonstruksikan Donggala dari masa awal perkembangannya hingga terbetuknya kabupaten. Sebutan Donggala bersumber dari Don ‘Nggolo kemudian berubah menjadi Donggala, sesuai dialek setempat dan sejak itu kata Donggala mulai diperkenalkan.5 Dalam literatur Perancis, kata Donggala disebut dengan kata Dunggally. Pemuatan kata Dunggally tersebut dapat dilihat dalam peta tua Pulau Sulawesi yang dibuat oleh Lodocus Hondius pada 1611, Donggala disebut istilah Durate.