“ADAT BERSENDIKAN SYARA, SYARA BERSENDIKAN KITABULLAH” merupakan pedoman dan pegangan bagi warga kolektivitas. Namun sangatlah dipahami oleh semua orang, apabila dilihat berbagai macam bentuk aktivitas tradisi masyarakat. Pada perkembangan kekinian, modernisasi telah merebak dan merasuk pada semua sendi kehidupan masyarakat. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi selama ini rasanya terkoyak-koyak oleh momok globalisasi. Tidak terkecuali modernisasi Islam yang memberikan pencerahan pada pemurnian ajaran agama. Pernik-pernik tradisi, alat-alat upacara dan sebagainya yang mungkin berbau syirik perlahan-lahan terkikis. Namun hal itu tidaklah serta merta mampu mencerminkan jati diri yang akan menjadi kebanggaan dan pengesahan eksistensi Tau Samawa. Generasi muda pascareformasi berteriak-teriak menanyakan jati dirinya. Dengarlah protes mereka bagai anak mencari bapak: “Aku ini terlahir dari budaya mana?”
Hakikat tradisi Samawa sebetulnya tidaklah hilang dan tenggelam secara fisik sebagaimana dibayangkan, karena konsep-konsep nilai budaya di atas masih kental di bawah batok kepala Tau Samawa sendiri. Persoalan mencari identitas itulah yang harus kita dekati dengan mempelajari folklore Samawa.
Reviews
There are no reviews yet.