Bulukumba: Bulu’ku Mupa, Itu Masih Gunungku

Barra Tobarani adalah seorang petani bersahaja yang sangat mencintai kampung halamannya. Ia pun pantang menjual kebunnya, apalagi menjualnya kepada pihak perkebunan.

Sejak kecil, Barra Tobarani sudah mendapat doktrin dari kakeknya. “Bulu’ku Mupa, itu masih gunungku, kalau bukan aku yang menjaga gunungku, lalu siapa?” Istilah Bugis Bulu’ku Mupa bisa juga berarti kampung atau kebunku. Istilah itu kemudian menjadi cikal bakal nama Bulukumba.

Demi mempertahankan tanah dari pihak perkebunan yang didukung pemerintah, Barra Tobarani mengajak tiga sahabatnya untuk membentuk LSM untuk memperjuangkan hak-hak petani. LSM itu bernama LSM Tobarani yang dipimpin oleh empat sekawan, Barra Tobarani, Lahajji, Sallasa, dan Mattorang.

Pihak perkebunan pun tidak tinggal diam. Ia mengutus seorang mandor bernama Lacakking. Mandor itu sangat disegani dan ditakuti oleh masyarakat setempat. Lacakking pun menyanggupi untuk menghalau Barra Tobarani dan kawan-kawannya. Apalagi, sejak dulu, Lacakking tidak menyukai Barra Tobarani. Itulah sebabnya, semangat untuk menumpas kelompok Barra Tobarani semakin menyala-nyala dalam hati Lacakking.

Lalu, bagaimana kisah selanjutnya? Sanggupkah Barra Tobarani dan kawan-kawan memperjuangkan tanah-tanah petani yang diklaim oleh pihak perkebunan sebagai miliknya?

Temukan jawabnya dalam novel luar biasa ini!!!

Rp55,000.00

Category:

About The Author

Dul Abdul Rahman

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Bulukumba: Bulu’ku Mupa, Itu Masih Gunungku”

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.